BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menghadapi era persaingan global,
pemerintah harus mampu menyiapkan SDM yang
berkualias dan handal. Menurut mantan Menko Kesra dan Taskin, Haryono Suyono,
menyiapkan SDM yang berkualitas dan handal bisa dilakukan melalui pelatihan
keterampilan dan wirausaha. Wirausaha dirasa sangat penting untuk meningkatkan
pertumbuhan perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan dengan perkataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko
Perekonomian) Hatta Rajasa, bahwa “wirausaha adalah kunci bagi Indonesia untuk
memajukan perekonomian”. Dalam rangka menciptakan wirausaha-wirausaha tersebut,
salah satu caranya adalah dengan memberikan pendidikan kewirausahaan kepada
peserta didik pada semua jenjang pendidikan.
Pendidikan kewirausahaan sebenarnya sudah
cukup lama diperhatikan. Sejumlah perguruan tinggi telah membentuk dan
menerapkan kuliah kewirausahaan sejak beberapa tahun silam. Sejumlah
sekolah menengah juga melakukan hal yang sama. Tetapi, kelahiran wirausaha
di Indonesia dirasakan masih jauh dari harapan. Menurut Kemendiknas (2010) pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih
kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan
maupun masyarakat sendiri. Strategi pembelajaran kewirausahaan di
Indonesia belum bisa memungkinkan lahirnya wirausaha baru sesuai
harapan. Penyebabnya, karena strategi pembelajaran Indonesia masih
sangat condong pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran
yang berpusat pada guru adalah sistem pembelajaran yang
menjadikan guru sebagai pusat dan sumber utama yang memberikan ide-ide dan
contoh, di mana peserta didik diposisikan sebagai gelas kosong yang hanya dapat
diisi oleh sang guru. Pada sistem ini, hampir tidak mungkin dapat terlahir
peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi, sebab mereka sepenuhnya
tergantung kepada guru. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika spektrum
pikir peserta didik sepenuhnya merupakan pantulan dari pengajaran satu arah
yang diterima di sekolah.
Sistem pembelajaran yang berpusat pada guru
harus segera diubah, khususnya terkait dengan mata diklat pendidikan
kewirausahaan agar kedepannya bisa menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal.
Apabila pemerintah Indonesia tidak mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru
yang handal maka diperkirakan akan semakin banyak jumlah pengangguran di
Indonesia, dan hal ini tentu akan berimbas pada penurunan tingkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengembangkan
kurikulum pendidikan keweirausahaan agar mampu mencetak wirausaha-wirausaha
baru yang handal. Hal ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah
semata, atau guru semata namun manjadi tanggung jawab bagi semua pihak yang
terkait di dalamnya termasuk juga stakeholder/masyarakat.
Kewirausahaan (Entrepreneurship)
adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih
baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Wirausaha secara historis sudah dikenal
sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah
wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman
dikenal denganunternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis
sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan
sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan
pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas
pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan
perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan
baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan
masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan
disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka
mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait
dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
B.
Tujuan
Tujuan Pembuatan Makalah ini
merupakan tugas kelmpok teori-teori pendidikan pada progam pascasarjana
Universitas Pakuan Bogor.
C.
Metode
Penulisan
Metode penulisan makalah ini
menggunakan studi pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewirausahaan
Berasal dari kata enterpteneur yang berarti
orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum
mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering juga disebut
wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam
mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikian
wirausaha dan wiraswasta sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Wiraswasta
tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan wirausaha mampu terus
berkembang dan mencoba usaha lainnya. Istilah lainnya yang semakna dengan
wirausaha adalah wiraswasta. Istilah wiraswasta lebih sering dipakai dan lebih
dikenal daripada wirausaha. Padahal, keduanya bermakna sama dan merupakan
padanan dari kata entrepreneur. Kata wiraswasta berasal dari gabungan
wira-swa-sta dalam bahasa sansekerta. Wira berarti utama, gagah, luhur, berani,
teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri atau mandiri; sta berarti berdiri;
swasta berarti berdiri ditas kaki sendiri atau dengan kata lain berdiri di atas
kemampuan sendiri. Sedangkan wirausahawan mengandung arti secara harfah, wira
berarti berani dan usaha berarti daya upaya atau dengan kata lain wirausaha
adalah kemampuan atau keberanian yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih
kesuksesan.
Berdasarkan makna-makna tersebut, kata
wiraswasta atau wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas
menjadi teladan di bidang usaha. Dengan kalimat lain, wirausaha adalah
orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewiraswastaan atau kewira-usahaan. Ia
bersikap berani unuk mengambil resiko. Ia juga memiliki leutamaan, kreatifitas,
dan teladan dalam menangani usaha atau perusahaan. Keberaniannya berpijak pada
kemampuan sendiri atau kemandiriannya. Pengertian lainnya menyebutkan
kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan
kepuasan serta kebebasan pribadi.
Kewirausahaan memiliki arti yang
berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat
dan penekanannya. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan
kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang
wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada
masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi
inikewirausahaan adalah lebih menekankan pada bagaimana seseorang
menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya,
menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi
peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein
(1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess
(1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani
menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara
esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan,
wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang
menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat
juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai
terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap
mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya
baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya.
Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda
(create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya
kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
B. Hakekat Kewirausahaan
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat
penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses,
dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3.
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(Zimmerer. 1996).
4.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
(start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro,
1997).
5.
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai
lebih.
6.
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru
untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
C. Ciri-Ciri Dan Karakteristik
Kewirausahaan
Ciri-ciri
seorang wirausahawan adalah:
1. Percaya diri
2. Berorientasikan tugas dan hasil
3. Pengambil risiko
4. Kepemimpinan
5. Keorisinilan
6. Berorientasi ke masa depan
7. Jujur dan tekun
Menurut Munawir Yusuf (1999)
Ciri kewirausahaan yaitu:
1. Motivasi berprestasi
2. Kemandirian
3. Kreativitas
4. Pengambilan resiko (sedang)
5. Keuletan
6. Orientasi masa depan
7. Komunikatif dan reflektif
8. Kepemimpinan
9. Locus of Contro
10. Perilaku instrumental
11. Penghargaan terhadap uang.
Ciri dan Kemampuan Wirausahaan Tangguh:
1.
Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam berusaha
mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak besar dan dalam
mengatasi masalah.
2.
Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam
memuaskan langganan.
3.
Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan
pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern.
4.
Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan terutama
dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta pemupukan permodalan.
Ciri-ciri
seorang wirausahaan adalah:
1.
Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
2.
Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki
ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik
ddan memiliki inisiatif.
3.
Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
4.
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka
terhadap saran dan kritik yang membangun.
5.
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki
jaringan bisnis yang luas.
6.
Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
7.
Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas
W. Zimmerer (1993; 6-7)
mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi :
1.
Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2.
Lebih memilih risiko yang moderat.
3.
Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil
4.
Selalu menghendaki umpan balik yang segera
5.
Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
6.
Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi
masa depan yang lebih baik .
7.
Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah
8.
Selalu menilai prestasi dengan uang.
D. Karakteristik
Seorang Wirausaha
Kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah dengan memahami diri sendiri.
Untuk memulai suatu usaha, halpenting yang harus dipahami adalah apakah yang
bersangkutan memioliki jiwa berwirausaha atau tidak. Seorang wirausaha harus
memiliki sifat seperti berikut : a) percaya diri, b) berorientasi tugas dan
hasil, c) pengambil resiko, d) kepepimpinan, e) keorisinalan, f) berorientasi
ke masa depan.
E. Strategi
kewirausahaan bagi sekolah dasar
Strategi kewirausahaan merupakan
langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh kepala sekolah dalam menjadikan
sekolahnya sebagai organisasi yang bersifat kewirausahaan (entrepreneurial
organization). Lupriyono dan Wacik (1998) yang dikutip dalam buku manajemen
pendidikan karangan Tim dosen Administrasi Pendidikan Universitas pendidikan
Indonesia (2008) menyatakan bahwa strategi kewirausahaan mencangkup
pengembangan visi, dorongan inovasi, dan penstrukturan iklim kewirausahaan.
1. Pengembangan Visi/Misi
Langkah awal dalam mewirausahakan lembaga pendidikan adalah
merumuskan visi/misi. Visi atau misi merupakan gambaran cita-cita atau kehendak
sekolah yang ingin diwujudkan dalam masa yang akan datang. Visi sekolah harus
dirumuskan dengan jelas, singkat dan mengandung dukungan nyata untuk mewujudkan
perubahan atau inovasi yang bersifat entrepreneurial.
Visi yang telah dirumuskan,
selanjutnya disosialisasikan atau disebarluaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan di sekolah dasar. Maksudnya, agar visi
tersebut dapat dimengerti dan dipahami secara mendalam sehingga memperoleh
dukungan. Visi yang telah dirumuskan melahirkan misi dan program-program yang
harus diemban dalam praktik kewirausahaan.
2.
Dorongan
Inovasi
Berkaitan dengan semangat mewirausahakan
sekolah, strategi ini berarti menumbuh-suburkan dan mengembangkan
gagasan-gagasanorisinil dan inovatif. Karena itu, setiap kepala sekolah dalam
mewirausahakan sekolahnya dituntut memiliki agenda inovasi. Agenda inovasi ini
menjadi alat spesifik dan utama dalam strategi mewirausahakan suatu sekolah.
Agenda inovasai yang dimiliki itu
sewajarnya merujuk pada perangkat mutu atau criteria mutu yang merefleksikan
kebutuhan dan harapan-harapan tentang pendidikan di sekolah dari semua pihak
yang berkepentingan. Sebagai alternative, terdapat dua unsure pokok yang dapat
dipertimbangkan untuk agenda inovasi tersebut. Pertama unsure internal
institusi sekolah dan kedua unsure eksternal sekolah itu.
Unsur-unsur internal institusi sekolah
yang dapat dikaji, meliputi:
a.
Pembelajaran yang dialami peserta didik
b.
Pengembangan kurikulum/program pendidikan
c.
Kompetensi professional guru dan pengembangan system pengajaran
d.
Pra-sarana dan pengembangan sarana/fasilitas pendidikan
e.
Pembiayaan pendidikan
f.
Pengembangan budaya sekolah
g.
Perilaku manajemen itu sendiri
Unsur-unsur eksternal dari institusi sekolah itu yang
dapat dikaji meliputi :
a.
Perhatian dan paisipasi orang tua / masyarakat, dan
b.
Kondisi alam dan lingkungan sosial budaya masyarakat.
Agenda inovasi sebagai contoh-contoh program yang mengungkapkan kewirausahaan
dari kedua unsure sekolah.
3.
Penstruktur
Iklim Intrapreuneurial
Langkah atrategis ini merupakan proses
pembentukan unsure-unsur dan suasana yang mendukung atas terselenggaranya
agenda inovasi. Dalam hal ini, komitmen manajemen dan kepemimpinan kepala
sekolah serta profesionalisme staf/guru-guru itu amat dibutuhkan. Tekanan
penstrukturan iklim kewirausahaan berada pada penyempurnaan usaha-usaha untuk
implementasi proyek-proyek inovasi. Artinya strategi ini menekankan pada proses
internal organisasi, yakni usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam
memantapkan system manajemannya.
Hal ini tidak bisa lepas dari tuntutan
perubahan mewirausahakan pola manajemen itu sendiri. Kemampuan menjabarkan
kebijakan pendidikan yang berlaku di daerahnya, kepemimpinan transfomasional
dan visioner, kemampuan mengelola perubahan dan kemampuan mengambil keputusan,
serta kemampuan mengembangkan jaringan kerja yang menguntungkan, merupakan
sejumlah tuntutan yang patut dipenuhi para kepa sekolah dalam mengembangkan
strategi yang dimaksudkan.
Strategi ini didefinisikan sebagai
corporate venturing yaitu sebuah proses internal organisasi yang pokok untuk
mengembangkan produk, proses dan teknologi. Ketiganya diinstitusionalisasikan
untuk kemakmuran jangka panjang. Menyangkut pengembangan produk, proses
organisasional atau pengelolaan sekolah itu haruslah berorientasi pada
perolehan hasil (kinerja) yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan customer
sebagai pihak yang terlayani. Menyangkut pengembangan proses, berarti
pengelolaan sekolah itu sendiri harus berlangsung dalam penciptaan
suasana-suasana yang menggairahkan, dinamis dan menyenangkan. Sedangkan
menyangkut teknologi, berarti proses pengelolaan sekolah itu menawarkan
usaha-usaha yang lebih praktis, efsien dengan penggunaan sarana dan peralatan
(teknologi) yang makin canggih.
Dengan pengelolaan sekolah yang
berorientasi pada produk, proses dan teknologi seperti pada penjelasan di atas,
maka penstrukturan iklim kewirausahaan itu secara bertahap akan terbentuk.
Dengan demikian maksud utama pengembangan strategi manajemen sekolah yang
mengandung muatan entrepreneurial adalah citra sekolah yang terkesan maju dan
bermutu, serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh tingkat
kesejahteraan dan keuntungan finansial yang mencukupi.
F.
Ketrampilan membangun usaha-usaha Institusi sekolah
yang bersifat wiraswasta
1.
Menaksir
peluang bisnis
Peluang bisnis seringkali berasal dari
sebuah gagasan, dan gagasan bisa dating dari mana saja. Karena itu kepala sekolah
dituntut untuk selalu berhati-hati dan terbuka atas pikirsn-pikirannya, bahkan
kritikan yang berkembang pada guru-guru dan anggota masyarakatnya. Tidak
selamanya kritikan itu merusak. Kepala sekolah harus mampu mempelajari gagasan
atau kritikan itu, apakah gagasan itu benar-benar sebagai peluang atau bukan.
2.
Mengembangkan
gagasan dan peluang pasar
Pada dasarnya setelah merumuskan sejumlah
masalah atau kritikan untuk setiap unsur institusi sekolah, maka kemudian dapat
mengidentifikasi sejumlah gagasan baruuntuk setiap unsure institusi sekolah
tersebut. Sejumlah gagasan baru yang lahir sebagai peluang bisnis, menuntut
kelayakan dan perumusan yang tepat hingga menjadi suatu program yang
benar-benar bermuatan entrepreneurial.
3.
Menaksir
kemampuan diri dan mencari modal
Gagasan, kemauan dan kerja keras adalah
modal bagi seorang wirausaha. Dan uang adalah salah satu imbalan yang diperoleh
dari usaha mewujudkan gagasan-gagasan itu. Modal memiliki pengertian bukan
sekedar menyangkut uang, melaikan gagasan itu sendiri, tenaga kerja,
prasarana/sarana, dan segala sumber lingkungan yang dapat mendukung
implementasi proyek usaha. Mewirausahakan institusi pendidikan tidak berangkat
dari nol, tetapi juga tidak terlampau mengandalkan modal pinjaman.
Umumnya sekolah di
Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil kondisinya masih
memprihatinkan. Kemampuan dan potensinya amat terbatas. Karena itu penaksiran
kemampuan dan pencarian modal masih lebih bersifat out-sourcing yaitu melihat,
mempelajari dan memanfaatkan sumber-sumber atau potensi yang berada di luar
sekolah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya.
Ia hanya merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang
berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin
mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah
amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang
hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya,
namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat
mencolok.
Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada
masing-masing individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh
merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang
pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya
menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang
tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang
menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata
wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial,
golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke
20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai
salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui,
umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik.
Dengan hidup di alam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur
panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme,
priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya
adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri
(kontras dengan status leluhur yang petani).
Apa yang seharusnya dilakukan sekolah pembelajaran kewirausahaan
diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter
wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada
pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep.
Dalam struktur kurikulum SMA misalnya, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa
Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan
kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara
langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf
tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan
karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin
kejujuran, dsb.
B. Saran
Kurikulum kewirausahaan yang mampu membentuk
wirausaha-wirausaha baru bagi generasi muda dan atau bagi para lulusan, baik
SMA/MA/SMK/MAK/SMP/MTS maupun PERGURUAN TINGGI.
Yang harus dilakukan agar semua pihak terkait termasuk
masyarakat/stakeholder memiliki komitmen tinggi terhadap
pengembangan kewirausahaan yang mampu menjadikan jiwa kewirausahaan tinggi bagi
generasi muda.
Daftar Pustaka
Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.
Manajemen Pendidikan. Bandung : Penertbit Alfabeta.
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat:
Univeritas Udayana, Denpasar.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/Manajemen-kewirausahaan.html
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”,
Prerhallindo, Jakarta.