Rabu, 16 Oktober 2013

Pengertian Proses Belajar

      1.  Pengertian Proses Belajar
Secara etimologis, belajar berasal dari suku kata ajar yang berarti didik, atik, latih yang kemudian mendapat awal be = belajar yang berarti kegiatan atau proses latihan, mendapatkan pengetahuan. Secara terminologis para ahli pedagogis mengemukakan pengertian belajar sebagai usaha untuk mendapatkan ilmu melalui membaca, berlatih dan lain-lain (Muhaemin, 1991: 14). 
Arthur S. Reber dalam kamusnya Dictionary of Psychology, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, berpendapat bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang dilakukan berulang-ulang (Muhibbin Syah, 2000: 91. Hilgard dan Bower dalam bukunya Thoery of Learning mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology juga mengatakan bahwa belajar adalah perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pendidikan (M. Ngalim Purwanto, 1998: 83).
Kata pendidikan berasal dari kata dasar didik yang mendapat awalan pe dan akhiran an = pendidikan yang berarti perbuatan, cara, proses mendidik. Kata ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah education yang berasal dari bahas Latin educare, educatie yang berarti proses menghasilkan dan mengembangkan yang mengacu pada yang bersifat fisik (Poerwadarminta, 1991: 250).
Dalam terminologi Islam, pendidikan dikenal dengan istilah al-tarbiyah, al-ta’lim, al-tahdib, al-riyadhah juga al-tahdzib. Kata al-tarbiyah yang merupakan bentuk mashdar dari kata rabba-yurabbi-tarbiyatan sedikitnya mengandung arti pendidikan, pengajaran, asuhan, perintah, pemeliharaan dan peningkatan. 
Berdasarkan makna tersebut di atas maka kata al-tarbiyah dalam konsep pendidikan Islam tidak hanya mengacu pada makna pendidikan secara kognitif, akan tetapi juga mencakup makna pendidikan yang bersifat afektif dan psikomotorik. Seperti firman Allah dalam surat Bani Israil ayat: 24.
Artinya : rendahkanlah sayap kehinaanmu kepada kedua orang tua karena kasih saying, dan katakanlah ya Tuhanku kasihanilah mereka sebagaimana mereka berdua telah mengasuhku ketika aku masih kecil. (QS. Bani Israil ayat:24)
Kata al-ta’lim menurut Ahmad D. Maribba adalah proses bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk pribadi muslim yang memiliki nilai-nilai Agama Islam yang mana setiap keputusan, perbuatan dan tanggungjawabnya sesuai dengan ajaran Islam (Ahmad D. Maribba, 1974: 20).
Syeikh Muhammad Naquib al-Attas berpendapat bahwa kata al-Ta’lim mempunyai arti sempit hanya berarti proses transfer ilmu tanpa adanya pengenalan yang lebih mendalam pada perubahan tingkah laku atau akhlak (Syed Muhammad Naquib al-Attas, 1984: 4).
Lain halnya dengan al-Ghazali, beliau lebih suka menggunakan istilah al-Riyadhah untuk memberikan arti pada pengertian pendidikan dan pelatihan karena makna yang terkandung dalam al-Riyadhah juga berarti mendidik jiwa dengan akhlak mulia (Husein Bahreisi, 1981: 74).
Sedangkan istilah al-Ta’dib, sebagaimana dikemukakan oleh Naquib al-Attas, lebih menunjukkan pada suatu proses pendidikan yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak (Syed Muhammad Naquib al-Attas, 1999: 66) sehingga kata al-ta’dib selain menunjukkan pada esensi pendidikan juga mencakup tujuan pendidikan dalam rangka meningkat kualitas presatsi belajar.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang diperoleh seorang siswa dari kegiatan belajar di sekolah yang bersifat kognitif, apektif dan psikomotorik dan biasanya ditentukan oleh pengukuran dan penilaian. Dengan kata lain, prestasi belajar merupakan hasil penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dari suatu mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui indikator adanya prestasi tertentu yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Untuk itu, dalam menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu diungkapkan dengan skala angka dari 0 – 10, skala angka dari 0 – 100 atau menggunakan simbol huruf A, B, C, D atau E. Simbol huruf-huruf ini dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka-angka seperti A (sangat baik), B (baik), C (cukup), D (kurang), E (gagal) (Muhibbin Syah, 2002: 153). Batas minimal dan maksimal tersebut juga berlaku bagi semua materi pelajaran termasuk di dalamnya adalah Pendidikan Agama Islam.
Secara terminologis, pengertian Pendidikan Agama Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad D. Maribba, adalah proses bimbingan jasmani dan rohani untuk membentuk pribadi muslim yang memiliki nilai-nilai Agama Islam yang mana setiap keputusan, perbuatan dan tanggungjawabnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (Ahmad D. Maribba, 1974: 20). Sedangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sehingga mendapatkan kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat (Zakiyah Daradjat, 2000: 86).

      2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal. kedua factor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologiss.
a.     Factor fisiologis
Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
1)     menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena  kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
2)     rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
3)     istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
b.    Factor psikologis
Factor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.
1)     Kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psijkologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
2)     Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
3)     Minat
Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4)     Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
5)     Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

      3. Komponen-Komponen Proses Belajar
Sebuah proses pembelajaran tidak akan menjadi out put yang baik dan diharapkan kalaw tidak ada komponen-komponen yang mendukung kearah itu. Komponen-komponen proses belajar itu diantaranya adalah pertama Materi, ataw dalam arti yang lebih luas bisa diartikan sebagai kurikulum.
Dalam pengalaman sehari-hari, sering didengarkan istilah fungsi. Fungsi membawa akibat pada adanya hasil. Jika sesuatu itu berfungsi maka berakibat pada adanya hasil. Demikian juga sebaliknya, jika sesuatu itu tidak berfungsi akan berakibat pada tidak tercapainya hasil yang diharapkan (tujuan).
Atas dasar tersebut, dapat dikatakan bahwa fungsi kurikulum berkaitan dengan komponen-komponen yang ada dan mengarah pada tujuan-tujuan pendidikan Menurut Dakir (2004:13) beberapa komponen dalam kurikulum yang harus menunjukkan arah pada pencapaian tujuan pendidikan adalah: (1) perencanaan yang telah disusun, (2) komponen materi yang telah direncanakan, (3) metode/cara yang telah dipilih, dan (4) penyelenggara pendidikan dalam fungsinya melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan pendidikan. Secara ringkas, Ladjid (2005:3) mengemukakan tiga fungsi kurikulum, dengan berfokus pada tiga aspek:
a.     Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan tersebut, sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.
b.    Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.
c.     Fungsi bagi konsumen, yaitu sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.
Selain itu, beberapa fungsi lain dari kurikulum tidak hanya menyangkut mereka yang berada di dalam lingkungan sekolah saja, tetapi fungsi-fungsi kurikulum juga menyangkut berbagai pihak di luar lingkungan sekolah, seperti para penulis buku ajar dan bahkan para masyarakat (stakeholder). Bahkan sekarang ini, penyusunan kurikulum justru melibatkan berbagai lapisan (stakeholder) yang memang secara langsugn atau tidak langsung akan turut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keberlakukan sebuah kurikulum.
Kedua guru, guru sebagai selain pendidik juga memiliki tugas menyampaikan materi kepada siswa. Dapat dikatakan bahwa materi pembelajaran bagi seorang guru diibaratkan sebagai kompas, yakni materi pembelajaran adalah pedoman bagi guru dalam usaha kegiatan belajar mengajar. Seperti diketahui bahwa setiap proses pembelajaran memiliki target capaian berupa tujuan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan dan pengajaran telah harus diketahui oleh guru sebelum mengajar. Oleh karena itu sebelum mengajar, guru sudah harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, termasuk strategi yang tepat dari mata pelajaran yang akan disajikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Abdurrahman (1994:93) mengemukakan, ”untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, diperlukan adanya strategi belajar mengajar yang tepat.” Untuk itu harus dilakukan telaah, perkiraan dan perencanaan yang baik, dengan kata lain, pendidikan dan pengajaran harus dikelola dan direncanakan dengan baik.
Namun bagi guru baru, diingatkan oleh Dakir (2004) bahwa sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya. Setelah itu barulah Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan selanjutnya guru mencari berbagai sumber yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
Secara keseluruhan, kurukulum dibutuhkan oleh guru sebagai pedoman, baik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ataupun pada saat proses belajar mengajar, dan bahkan sesudah proses pembelajaran tersebut berlangsung.
Nurdin dan Usman (2002) mengemukakan bahwa salah satu tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru profesional adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut dengan mendesain program pengajaran. Setyiap guru dituntut untuk mampu menyusun rencana pembelajaran yang akan lakukan di kelas. Secara detail guru seharusnya telah memiliki tahapan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukannya sepanjang dia berada di kelas. Hal ini tidak hanya membantu guru di dalam mengajar, tetapi juga akan membantu guru dalam mengelola kelas secara efektif dan efisien.
Dalam implementasi kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, mendesain program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil belajar siswa merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak terpisah satu sama lainnya (terpadu).
Yang ketiga siswa, dalam hal ini siswa merupakan objek atau target dalam sebuah proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa adalah audien yang akan menerima ilmu pengetahuan (materi ajar) yang disampaikan oleh guru.
Sampai tidaknya sebuah proses trasfer ilmu kepada otak siswa adalah bergantung pada baik tidaknya sipenyampai materi dalam hal ini adalah guru membuat sekenario pembelajaran. Persiapan yang matang tentu hasilnya pun akan dirasakan siswa atau sampai materi tersebut kepada siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About