1. Pengertian Motivasi
Salah satu aspek
psikologis yang berperan penting dalam menggerakkan manusia untuk berbuat
sesuatu adalah “motivasi”. Secara etimologis motivasi berarti drive
(dorongan) atau desire (keinginan), sedangkan secara terminologis,
motivasi adalah energi atau kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu baik dorongan itu berasal dari dalam dirinya (motivasi
intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik) (Muhibbin Syah, 2002:136). dalam pengertian ini motivasi berarti
pemasok daya, energi atau kekuatan untuk bertingkah laku secara terarah.
Senada dengan
pengertian tersebut, Mohammad Anshori berpendapat bahwa motivasi (1) merupakan
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau tidak disadari
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, (2) usaha-usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau sekolmpok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang diinginkan (Mohammad
Anshori, 2008:183). Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan
motivasi belajar kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Secara fungsional,
motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar
yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan minat dan mengembangkan
bakat siswa agar lebih berkembang dan lebih berprestasi. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi akan menyebabkan psikologis anak kurang bersemangat dalam
melaksanakan proses pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah.
Berdasarkan paradigma
psikologis, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi yang
berasal dari dalam diri siswa itu sendiri karena lebih murni dan tidak
tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan untuk mencapai
prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan akan
memberikan pengaruh yang lebih kuat dan relatif lebih langgeng bila
dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan dari luar dirinya.
Sebagaimana
dikemukakan oleh Muhibbin Syah, motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Motivasi Intrinsik adalah
kekuatan atau daya dorong yang timbul dari diri seseorang untuk melakukan
sesuatu (Muhibbin Syah, 2002:136). Dalam konteks proses belajar mengajar,
termasuk di dalamnya adalah perasaan menyenangi materi pelajaran tertentu dan
kebutuhan terhadap materi tersebut atau mengerti akan arti penting materi
tersebut. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik
diantaranya adalah:
Pertama, adanya
sikap positif, sikap (attitude) positif siswa yang tumbuh secara alami
dan betul-betul keluar dari dorongan dirinya sendiri terhadap mata pelajaran
merupakan awal yang baik dan merupakan motivasi bagi dirinya demi keberhasilan
dalam proses belajar. Siswa yang mampu meyakinkan dirinya bersikap positif
terhadap pelajaran juga terhadap guru akan berusaha mengerti pentingnya materi
tersebut sebagai sebuah kebutuhan hidupnya.
Kedua, adanya bakat,
seorang siswa yang mempunyai bakat terhadap materi tertentu akan jauh lebih
mudah memahami pengetahuan dan keterampilan materi tersebut, dan ini akan
mendorong siswa lebih giat lagi belajar karena merasa bias dan mampu dengan
mudah menyerap materi. Dengan demikian, bakat juga dapat memberikan mitivasi
positif bagi proses belajar mengajar
Ketiga, adanya minat,
secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang
mempunyai minat terhadap materi tertentu akan lebih giat dari pada siswa lainnya,
karena minat yang besar akan dapat memusatkan perhatiannya lebih intensif yang
memungkin siswa lebih giat belajar dan akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkannya.
Keempat, adanya
pengetahuan tentang kemajuan dirinya. Dengan mengetahui prestasi yang
diraihnya, seorang siswa akan termotivasi untuk berbuat lebih giat lagi
sebagaimana halnya anak yang mampu berhitung sampai sepuluh maka ia akan
terdorong untuk dapat berhitung lebih dari sepuluh, juga anak yang dapat
meloncat satu meter maka ia akan terdorong untuk berlatih agar mampu loncat
lebih dari satu meter.
Kelima, adanya
cita-cita. Cita-cita yang diaharpkan oleh seorang anak akan mampu mendorong
untuk lebih giat lagi belajar karena ada tujuan yang diinginkan, misalnya ada
anak yang mempunyai cita-cita ingin menjadi dokter atau insinyur maka dengan
sendirinya akan mendorong siswa tersebut untuk berbuat menuju cita-citanya.
Sedangkan Motivasi
Ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Pujian dan hadiah, ganjaran dan hukuman, peraturan sekolah,
suri tauladan orang tua dan guru merupakan contoh kongkrit motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik ini ada pula yang menyebutnya sebagai insentif atau
perangsang dari luar. Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik
diantaranya situasi dan kondisi lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang
harmonis dapat memberikan motivasi tehadap anak untuk lebih bergairah dalam
belajar apalagi kalau suasana belajar dalam keluarga itu diciptakan sedemikian
rupa sehingga anak betul-betul nyaman untuk belajar (Muhibbin Syah, 2002:137).
Demikian pula
lingkungan sekolah yang baik dengan fasilitas dan sarana belajar yang lengkap
akan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin belajar. Sebagaimana
pula lingkungan masyarakat yang mendukung program belajar atau bahkan
menyediakan perpustakaan masyarakat, akan mampu memberikan motivasi kepada
siswa lebih giat belajar karena melihat masyarakat pun belajar.
2. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap kegiatan, jenis dan
jenjang pendidikan, karena berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar
mengajar tergantung pada pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk dan manifestasinya.
Secara etimologis, belajar berasal
dari suku kata ajar yang berarti didik, atik, latih yang kemudian mendapat awal
be = belajar yang berarti kegiatan atau proses latihan, mendapatkan
pengetahuan. Sedangkan secara terminologis para ahli pedagogis mengemukakan
pengertian belajar sebagai usaha untuk mendapatkan ilmu melalui membaca,
berlatih dan lain-lain Muhaemin, (Muhaemin, 1991:14).
Sementara itu Arthur S. Reber dalam
kamusnya Dictionary of Psychology, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin
Syah, berpendapat bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
dilakukan berulang-ulang (Muhibbin
Syah, 2002:91).
Demikian pula Hilgard dan Bower
dalam bukunya Thoery of Learning mengemukakan bahwa belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalaman yang berulang-ulang. Morgan dalam bukunya Introduction to
Psychology juga mengatakan bahwa belajar adalah perbuatan yang relative
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman (M. Ngalim Purwanto,1998: 83).
Belajar juga berarti proses
memperteguh dan menyempurnakan tingkah laku melalui pengalaman sebagaimana
belajar juga proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan, dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman sebagai
proses belajar. (Tabrani Rusyan, 1998: 7-9).
Berdasarkan beberapa teori tersebut
di atas, pada dasarnya pengertian belajar selalu berhubungan dengan perubahan,
dalam arti belajar akan menghasilkan perubahan sikap, perilaku, cara berpikir,
berkehendak, bertindak dan berucap peserta didik sebagai akibat dari latihan,
pengalaman dan pengembangan dirinya.
Teori-teori populer dan tradisional mengenai belajar
tidak banyak memberikan bantuan yang diharapkan guru, bukan hanya karena mereka
tidak mempertimbangkan asumsi-asumsi dan keinginan, akan tetapi juga karena
mereka tidak memperdulikan motivasi dalam teorinya.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa teori tradisional mengenai belajar adalah proses menambah
atau mengumpulkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, jadi penekanannya lebih
pada aspek intelektualitas. Sedangkan menurut teori modern belajar adalah
proses perubahan tingkah laku dalam arti seluas-luasnya meliputi pengamatan,
pengenalan, pengertian, pengetahuan, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat,
motivasi, penghargaan dan sikap. Jadi, penekanannya tidak hanya terfokus pada
aspek intelektualitas saja akan tetapi juga mencakup keseluruhan aspek
kepribadian yang meliputi ranah kognitif, apektif, dan psikomotik, atau dalam
istilah jawa dikenal dengan ranah cipta, rasa, karsa dan karya manusia (Tabrani Rusyan, 1998:9).
Teori belajar
dengan pendekatan stimulus respon, pengkondisian (conditioning) dan
penguatan (reinforcement) merupakan teori yang kurang diminati oleh guru
karena pendekatan terlalu membatasi materi dan tidak siap untuk digunakan di
dalam kelas. Sebaliknya teori-teori yang dikembangkan oleh ahli psikoloh
Gestalt dan teori lapangan lebih banyak diminati oleh guru karena berkaitan
dengan konsep yang lebih luas tentang perilaku dan pemecahan masalah dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar (Sri Patmah
Sukartini, 2007:139:140).
3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar
merupakan kekuatan yang mampu mendorong siswa untuk melakukan proses belajar,
baik dorongan itu berasal dari dalam siswa sendiri seperti minat,
keingintahuan, bakat dan cita-cita maupun dorongan yang berasal dari luar siswa
seperti dukungan keluarga, teman maupun guru.
Motivasi belajar
selain dapat dikembangkan melalui upaya langsung oleh guru juga dapat dilakukan
oleh siswa itu sendiri dengan menggunakan model latihan motivasi diri (self
motivation training model). Dengan menggunakan latihan motivasi diri, siswa
dituntut untuk secara aktif mengembangkan motivasi belajarnya sendiri melalui
aktivitasnya sendiri dan memantaunya sendiri. Ada enam kegiatan yang harus
dilakukan siswa dalam kaitannya dengan model latihan ini, yaitu : mengembangkan
motivasi intrinsik, memantau motivasi ekstrinsik, mendeskripsikan kegiatan,
memantau dan mendeskripsikan kemajuan kegiatan, memilih mentor dan membuat
kesimpulan.
Semua kegiatan
tersebut dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan menggunakan format pantau
diri (self monitoring log) yang harus dikerjakan, diisi, dan dilaporkan
oleh siswa. Oleh karena itu keaktifan siswa dan kejujuran terhadap dirinya
sendiri akan memperoleh keberhasilan dalam memotivasi dirinya. Adapun
format self monitoring log dapat
dilihat berikut ini:
a. Mengembangkan motivasi intrinsik. Kegiatan
utama yang harus dilakukan oleh siswa adalah menuliskan tiga alasan mengapa
belajar dan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam belajar
b.
Memantau motivasi ekstrinsik. Kegiatan yang dilakukan
siswa adalah menuliskan minat orang lain yang mempengaruhi siswa, apakah siswa
belajar karena takut hukuman, ingin dapat hadiah atau untuk menyenangkan orang
lain.
c.
Mendeskripsikan kegiatan. Kegiatan yang
dilakukan siswa adalah mendeskripsikan kegiatan apa saja yang dilakukan untuk
mengembangkan motivasi belajarnya. Kejujuran siswa sangat menentukan.
d. Memantau dan mendeskripsikan kemajuan
kegiatan. Setelah siswa melakukan kegiatan untuk mengembangkan motivasi
belajarnya, kegiatan selanjutnya adalah memantau dan mendeskripsikan kemajuan
kegiatan tersebut. Misalnya keterampilan apa yang telah berkembang dalam
dirinya, apa yang telah dipelajarinya
e. Memilih mentor. Tidak setiap siswa dengan
mudah mampu berlatih mengembangkan motivasi belajarnya sendiri. Oleh karena itu
siswa perlu dibantu oleh seorang mentor.
f. Membuat kesimpulan. Kegiatan terakhir dari
latihan mengembangkan motivasi diri ini adalah membuat kesimpulan dari semua
kegiatan yang telah dilakukan. Dengan kesimpulan ini akan diketahui sampai dimana
efektivitas dan efisiensi latihan siswa dalam berlatih dan mengembangkan
motivasi belajarnya (Mohammad Anshori, 2008:188-194).
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa motivasi baik internal
maupun eksternal mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar sehingga dengan motivasi pula seorang
siswa dapat meraih prestasi yang setinggi-tingginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar